Beberapa hari ini, jagad media hiburan diramaikan oleh Liviana Renata, atau yang akrab disebut Livi. Ia masih sangat muda. Usianya baru menginjak 20 tahun di bulan Maret mendatang.
Kalau profesinya yang sekarang, ia dikenal sebagai gamer. Walau bukan terjun di bidang profesional player (pro player), namun ia ditunjuk sebagai brand ambassaor salah satu perusahaan e-sport.
Dalam talk show alias bincang-bincang, baik di tayangan televisi atau melalui kanal YouTube, Livi dikenal sebagai orang yang ceplas-ceplos kalau berbicara. Jujur, polos, apa-adanya, tanpa dibuat-buat.
Tentu saja kehadirannya menjadi angin segar. Saat dikatakan sebagai golongan crazy rich, tapi sepertinya ia jengah dengan perkataan ini. Sambil geleng-geleng kepala, ia seakan tak mau mengakui keberadaannya yang demikian.
Kepopuleran Livi bukan sekadar ia good looking. Tapi ia juga termasuk good brain. Gadis yang kini melanjutkan studi di Sidney, Australia ini menguasai 4 bahasa. Selain Indonesia, juga bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang.
Pokok bahasan percakapan yang ‘menghebohkan’ adalah salah satunya soal ketimpangan sudut pandang golongan ekonomi menengah bawah dan atas. Bagi Livi yang hidup dalam komunitasnya, menjadi hal yang absurd jika dilihat dari sudut pandang yang sebaliknya.
Di tengah banjir konten “flexing” (pamer), keapa-adaan Livi menjadi sebuah candaan yang absurd.
Istilah absurd bisa diartikan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal ataupun mustahil (KBBI). Atau bisa juga disebut mustahil, lucu, konyol, yang bukan-bukan, ataupun menggelikan.
Sementara flexing sendiri adalah sebuah istilah gaul, bahasa zaman now untuk menggambarkan:
1. Orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan
2. Pamer kekayaan dengan berbohong
***
Pada awal Februari lalu, publik juga dikejutkan dengan berita salah satu pejabat teras, pucuk pimpinan perusahaan daerah di Tangerang yang kedapatan “memamerkan” tumpukan uang.
Video ini pendek saja, hanya sekitar 14 detik. Pejabat ini menggambarkan dirinya seolah hendak “makan uang”.
Di video itu memang ada tumpukan uang yang berhamburan berada di meja. Juga ada piring dan sendok. Persis seperti orang hendak menyantap makanan.
Video yang jatuh ke tangan publik ini akhirnya mendapatkan reaksi keras. Si pejabat akhirnya mengundurkan diri dari posisinya yaang sudah mapan.
***
Video pamer harta pribadi ke publik memang bukan kali ini saja. Artis, pesohor lain yang non public figure, bisa saja berbuat seperti itu.
Namun ada kalaanya flexing hanyalah sekadar rekayasa. Tampilan yang ada di media sosial bukan berarti menggambarkan kehidupan yang sebenarnya.
Flexing adalah sebuah kehidupan yang yang palsu. Memalsukan atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.
***
Sebenarnya tidak ada aturan baku yang melarang orang untuk berbagi informasi tentang sebuah pencapaian tertentu. Namun pamer harta itu berkaitan dengan tindakan etis dan moral sosial.
Justru kalau pamer prestasi, kemampuan yang bisa menginspirasi orang lain, rasanya patut didukung. Flexing yang bisa menjadikan manfaat bagi banyak orang.
***
Livi, sebagaimana anak muda dan anak-anak Tuhan umumnya, memiliki karakter yang baik, good attitude adalah penting. Sebab kita adalah surat-surat Kristus yang terbuka.
“Jika seorang menerima kekayaan dan harta benda dari Allah,
dan ia diizinkan menikmati kekayaan itu, haruslah ia merasa bersyukur
dan menikmati segala hasil kerjanya. Itu adalah juga pemberian Allah.”
(BIS-Pengkhitbah 5:19)
Keterangan foto: Instagram @livyyrenata dan @kompastv
*) ditulis untuk Penabur.id
0 Komentar