Pariwisata, Gereja dan Wisata Rohani

Pariwisata dan gereja mungkin adalah dua topik yang belum dapat dijalankan bersama-sama. Kalaupun ada, belumlah sepopuler misalnya jika dibandingkan dengan wisata religi ke makam sembilan penyebar agama Islam di Jawa atau umum disebut Wali Songo.

Hari Minggu sebagai hari libur sekaligus hari dimana umat Kristen beribadah juga lebih sering membuat kita memisahkan secara mutlak kegiatan wisata dan beribadah. Kelompok pertama adalah yang tidak ikut kebaktian dan justru pergi ke tempat wisata. Kelompok kedua memilih mengikuti kebaktian dan biasanya juga ditambah dengan rapat-rapat komisi, latihan paduan suara dan kegiatan lainnya yang diadakan di gereja seusai kebaktian umum. Kelompok ketiga yaitu mereka yang mengadakan retreat di bukit, gunung atau pantai. Retreat ini biasanya diadakan sejak hari Jumat hingga Minggu atau Sabtu dan Minggu. Kelompok ketiga ini biasanya mengadakan kebaktian Minggu di dalam villa. Setelah itu mereka menikmati alam terbuka untuk refreshing.

Semakin hari semestinya kita tak boleh terjebak pada pemisahan yang kaku antara pariwisata dan gereja. Adakalanya kita juga harus berwisata tetapi wisata ke tempat-tempat yang memiliki pengaruh besar dalam hidup kekristenan kita. Tujuannya supaya kita mendapatkan penyegaran iman. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi pusat-pusat kekristenan di daerah sekitar anda. Ini berarti kita tidak harus ke Holy Land Palestina yang jauh dan butuh banyak biaya.

Terkait dengan itu, Stefanny Imelda Cristy, Miss Glamour Look International Indonesia 2022 yang juga pemuda GKJW Jemaat Sidoarjo, mengaku peduli terhadap pariwisata gereja. Pemilik akun Instagram @stefannyimelda_ ini juga bersedia membantu mempromosikan wisata rohani kristiani. Dia mengaku akan dengan senang hati membantu mempromosikan potensi wisata yang ada di gereja. “Of course . I will do my best for GKJW. Saya pasti akan membantu dengan senang hati apalagi untuk GKJW.”

Sebagai anggota jemaat GKJW, Stefanny mencontohkan tradisi Undhuh-undhuh di GKJW. Menurutnya Undhuh-undhuh adalah tradisi yang unik dan sangat khas GKJW. Sebagai informasi, Undhuh-undhuh awalnya dilakukan dengan cara melelang hasil bumi. Sekarang berkembang dengan juga ikut melelang hasil peternakan dan barang-barang kebutuhan sehari. Uang yang didapat sepenuhnya diserahkan sebagai persembahan ke gereja. Dana yang didapat dari Undhuh-undhuh tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan gereja.

Remaja yang lahir pada tahun 2003 ini juga memuji  Undhuh-undhuh yang diadakan di GKJW Jemaat Mojowarno di Kabupaten Jombang yang spektakuler. Sebab sebelum proses lelang dilaksanakan di gereja, terlebih dahulu hasil bumi dan barang-barang lainnya yang akan dilelang diarak menggunakan truk dari masing-masing Blok menuju gereja GKJW Mojowarno. Iring-iringan yang panjang ini menjadi tontonan yang menarik. Tidak hanya bagi umat Kristiani yang ada di Mojowarno namun juga dari luar Jombang dan luar Jawa Timur. Umat dari agama lain pun juga banyak yang datang untuk menyaksikan Undhuh-undhuh ini.

Efeknya adalah warga sekitar yang kebanyakan juga anggota jemaat gereja Mojowarno memperoleh pendapatan dari jasa penginapan, jualan makanan, minuman dan sebagainya.  Belum lagi jasa sewa mobil, bus pariwisata dan jasa transportasi lainnya juga ikut mendapatkan rezeki dari berlangsungnya Undhuh-undhuh ini.

Jadi mengapa kita tidak serius mengembangkan wisata rohani?

*Foto: koleksi pribadi Stefanny

**Foto profil dokumentasi redaksi

 

Posting Komentar

0 Komentar