Kekristenan di Rusia dari Masa ke Masa

Kekristenan di Rusia itu unik. Sebab mayoritas Kristen di sana bukan dari Katolik atau Protestan tetapi aliran Ortodoks. Lebih unik lagi gedung gerejanya. Bentuk bangunannya sangat berbeda dengan bangunan gereja pada umumnya. Contohnya seperti katedral St. Basil di Moskow, Rusia.

Hal ini yang seringkali belum banyak dipahami oleh umat Kristen di Indonesia. Kita acapkali menduga bahwa di seluruh dunia, kekristenan hanya berisi Katolik dan seluruh denominasi Protestan. Kita juga selalu berpikiran jika arsitektur gereja yang “umum” itu yang mengikuti arsitektur gereja-gereja di Jerman, Belanda, Italia, Prancis dan Amerika Serikat. Maka tidak heran ketika sekarang terjadi perang di Ukraina, banyak orang yang baru tahu jika Rusia sudah bukan lagi negara yang identik dengan atheisme seperti di masa Uni Soviet.

Untuk memahami bagaimana sejarah kekristenan di Rusia, kita kembali dulu ke catatan sejarah. Pada artikel id.rbth.com tertulis bahwa awal mula agama Kristen masuk ke Rusia Kuno berawal pada akhir abad ke-10 Masehi. Pangeran Vladimir yang ketika itu berkuasa, hendak melepas kepercayaan pagannya. Ia lalu menyeleksi beberapa agama monoteis yang ada. Menurut kronik yang beredar, perwakilan pemuka agama dari Arab, Yahudi dan Eropa Barat datang ke istana Pangeran Vladimir di Kiev. Semuanya tidak berhasil meyakinkan Vladimir. Vladimir baru terkesima setelah anak buahnya menyaksikan praktik ibadah yang menyentuh hati pada kebaktian  gereja Ortodoks di Yunani.

Vladimir lalu menjatuhkan pilihannya kepada Kristen Ortodoks. Ia dibaptis oleh pemuka agama Ortodoks dari Konstantinopel (Istanbul). Sama seperti kebiasaan yang berlaku di manapun, agama raja adalah agama negara. Maka pilihan Vladimir menerima agama Kristen sebagai imannya diikuti pula oleh rakyatnya.

Setelah berabad-abad eksis di Rusia, Gereja Ortodoks mulai memasuki masa kelam. Sebabnya pada tahun 1917, terjadi perubahan besar di Rusia. Tsar Nicholas II digulingkan oleh kaum liberalis, sosialis dan komunis. Perisitiwa ini disebut sebagai Revolusi Rusia. Monarki absolut di Rusia berakhir dan Rusia berubah menjadi republik komunis. Dalam bidang agama, rezim komunis Uni Soviet menentang kehadiran agama. Para pengikut Ortodoks ditangkap. Jumlah gereja berkurang drastis karena dihancurkan atau dialihfungsikan. Atheisme juga dipromosikan secara luas di masyarakat Rusia. Dalam artikel yang dapat diakses di religionandpolitics.org disebutkan jika di tahun 1917, ada lebih dari 50.000 gereja di kekaisaran Rusia, tetapi kurang dari 1.000 yang tersisa pada tahun 1939.

Masih menurut sumber yang sama, keadaan mulai berubah saat Mikhail Gorbachev, menyambut kembali Gereja Ortodoks ke dalam kehidupan publik pada tahun 1988. Pemimpin terakhir Uni Soviet tersebut mulai memberikan ruang kepada kehidupan beragama yang sudah hilang selama tujuh dekade.

Tahun 1991, Uni Soviet bubar. Kekristenan kembali berkembang. Jumlah gedung gereja bertambah pesat. Sekarang ada lebih dari 21.000 gereja, katedral dan kapel. Di samping itu juga ada hampir seribu biara yang tersebar di seluruh Rusia. Vladimir Putin, presiden Rusia saat ini juga seorang penganut Kristen Ortodoks. Putin juga memiliki hubungan yang dekat dengan Patriakh Kiril, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia.

[contact-form][contact-field label=”Name” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Email” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Website” type=”url” /][contact-field label=”Message” type=”textarea” /][/contact-form]

Posting Komentar

0 Komentar