Kolportase


Kolportase adalah usaha distribusi atau menjual bacaan Kristen. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut kolportir.

Kata ini dari bahasa Perancis colportage. Istilah tersebut perubahan dari komporter, to menjajakan, sebagai portmanteau atau pun dengan kata col (Latin collum , neck). Dengan arti yang dihasilkan untuk membawa di leher seseorang. Porter berasal dari bahasa Latin portare, to carry. Istilah ini pertama kali digunakan oleh penjual Alkitab yang bekerja untuk British and Foreign Bible Society di Prancis selatan di Pyrenees.

 

Menurut Pendeta Zending di Jawa Barat, BM Alkema :

“Kolportase adalah menjual bacaan Kristen. Merupakan salah satu cabang dari Pekabaran Injil yang sangat penting”.

(Surat laporan zendeling, Alkema kepada pengurus pusat Nederlanche Zendings Vereeninging, NZV di Bandung, 5 Oktober 1895.)

Tulisan Alkema ini terlihat melawan beberapa pihak yang saat itu menganggap kolportase tidak begitu penting dalam Pekabaran Injil. “Tidak efektif dan menghabiskan biaya,” alasan pihak yang ingin menghapus kolportase.

 


Jauh sebelum itu pemikiran seperti ini kelihatannya sama persis dengan tulisan Pendeta Nederlandse Zendeling Gennotschap (NZG), SE Harthoorn di Jawa Timur. Yang meragukan pekerjaan Johanes Emde bersama OSS (orang saleh Surabaya). Kelompok Emde ini kerap membagikan traktat-traktat di tempat umum. Menerjemahkan Kitab Injil dalam bahasa Jawa rendah sehari-hari (Dialek Surabaya) dan bacaan lainnya.

“Pekerjaan yang sia sia, menyebar bacaan Kristen ditengah orang Jawa yang berpengetahuan rendah dan mayoritas buta huruf, ” tulis Harthoorn.



Dan fakta sejarah mencatat :

Pak Midah, orang Jawa pertama yang menerima Injil Markus adalah seorang buta huruf. Karena tidak bisa membaca Pak Midah menyerahkan ke temannya di daerah Wiyung, Kyai Dasima.

Awal kalimat Injil Markus itu pun membingungkan Dasima. Tidak masuk akal, “Allah (kok) punya anak? “. Melewati pergumulan yang panjang dan lama, akhirnya Dasima dan 34 pribumi Jawa dibaptis 12 Desember 1843. Merekalah cikal bakal Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW).

Memang tidak ada yang sia-sia menjadi penabur di ladangNya.

Urusan kita hanyalah menabur. Selanjutnya serahkanlah semuanya kepada Roh Kudus.

Terpujilah Nama Tuhan.

Posting Komentar

0 Komentar