![]() | |
Pdt. Wismoady Wahono mengandeng erat tangan Gus Dur (foto : majalah Duta) |
"Pendeta Dr. Wismoady Wahono pada tahun 1974 mendapat tamu. Memperkenalkan diri sebagai Abdurrahman Wahid dari Pesantren Tebu Ireng. Tamu itu minta di kenalkan dengan para tokoh GKJW" ( Salahudin Wahid di Kompas 25 September 2012 dalam Seribu Hari Gus Dur.)
Ternyata mereka sudah lama saling kenal. Saat itu Gus Dur masih tinggal di Pesantren Denanyar Jombang sebagai Sekretaris Pesantren Tebu Ireng. Sedang Wismoady tinggal di Bale Wiyata Malang sebagai direkturnya. Gayungpun bersambut. Dengan senang hati Wismoady mengantar teman barunya itu berkeliling Jawa Timur. Gus Dur pendobrak tembok sekat jarak yang selama ini ada. Wismoady pun meresponnya. Ia minta Gus Dur menjadi dosen tamu di Bale Wiyata. Program mahasiswa dan jemaah live in di pondok pesantren dan sebaliknya, kerap dilakukan bersama. Ada SITI (Studi Intensif Tentang Islam) lalu menjadi SIKI (Studi Intensif Kristen Islam) disana. Toleransi bukan sekedar pencitraan pemimpin umat atau jargon politik mengobarkan akar rumput. Mereka melakukan tindakan nyata, mengajari umat. Bukan pemimpin umat provokator.
Tanggal 9 Juni 1996, tragedi Minggu kelabu Surabaya. Disusul 10 Oktober 1996 kerusuhan Sitobundo, mengoyak semua yang telah terbangun. Ujian sejati persaudaraan itu pun muncul. Saat itu Gus Dur menjabat ketua PBNU, sedang Wismoady menjadi ketua sinode GKJW. Gus Dur langsung menemui Wismoady. Berbelasungkawa atas jemaat dan Gereja sahabatnya yang juga menjadi korban. Gus Dur mengajak pemimpin umat bertemu. Semuanya diajak, Hindu, Budha sampai Khonghucu. Pertemuan pemimpin Agama yang tidak seperti press release. Tidak seperti bermodal surat berkop, tandatangan berstempel, berisi kalimat kalimat : Kami mengutuk.. menghujat.. menghimbau.. mengajak donasi.. dan seterusnya. Apalagi pertemuan basa basi mediasi hanya bermodal materai.
Mereka mengajak dan mendidik umatnya. Gus Dur membuat Persaudaraan Sejati. Wismoady menyusun Pro-Eksistensi. Merubah jemaatnya tidak saja dogmatis tapi juga pro eksistensi. Hidup berdampingan, ada untuk orang lain. Tema besar pun digelar. Merujuk Mazmur 145 : 9, God Is Good to All. Sayangnya proposal pro eksistensi itu mangkrak sepeninggal Wismoady 28 September 2002. Terlebih lagi setelah Gus Dur wafat 30 Desember 2009. Dan sekarang... peristiwa mengoyak persaudaraan itu masih saja ada dan terus berlangsung. Dan saya merindukan sosok mereka itu
0 Komentar