Disamping berprofesi sebagai dalang, Pak Mi juga berkeliling menjual barang rumah tangga seperti parutan dan gerabah. Ia berkeliling sampai jauh. Sampai di Ngórö, Jombang, tanah persil Tuan Coolen. Di Ngórö Pak Mi berkenalan dan akrab dengan Singötroenö, tangan kanan Tuan Coolen. Dari Singötroenö dalang Pak Mi mulai berkenalan dengan elmu yang diajarkan Tuan Coolen. Begitu tertariknya dalang Pak Mi mendengar elmu baru itu. Sehingga ketika mendapat kabar Singötroenö akan berkunjung ke rumahnya begitu senang ia menyambutnya. Pak Mi mengundang teman-teman sesama dalang di seputaran Sidóardjö seperti, Pak Koentö dari Desa Karoengan, Wiriögoenö dari Desa Bogëm, Aniep dari Desa Sönö, Kartögoenö dan lainnya.
Senanglah Pak Mi atas kedatangan Singötroenó di rumahnya. Ia ingin mengerti lebih lagi elmu Toya Wening (air jernih). Pun demikian dengan Pak Koentö katanya,
Singo-troenö : ”Oh, aku sama bodohnya denganmu. Kita berdua laki-laki tetapi tidak ada yang berilmu kecuali yang menciptakan langit dan bumi. Kita manusia hanya bisa saling menunjukkan jalan. Lihatlah, Anda dalang, dalam melayani orang lain; apa yang kamu katakan kepada orang-orang ?”
Paq-Koentó : ”Apa yang harus kukatakan, temanku? Nah, saya hanya melayani permintaan. Jika mereka menginginkan kisah Rama, ya saya ceritakan tentang Rama. Jika membutuhkan Pandöwö saya akan cerita Pandöwö.”
Singa-troenö : ” Saya pikir akan lebih baik jika anda menjadi dalang – dalang sejati !”
Paq-Koento : ” Katakan padaku, apa maksudmu dengan Dalang Sëdjati ?”
Singa-troenö : “Jika Anda menceritakan tentang Juru Selamat manusia, Anda adalah seorang dalang sedjati.”
Paq-Koentö : ” Tapi Juru Selamat itu belum kukenal!”
Singa-troenö : ” Juru Selamat itu adalah Anak Allah. Disebut Yesus Kristus. Nabi-Ngisö-Roh-'ullah. Ini adalah orang yang dipuja sebagai nabi yang agung (nabi linuwih). Dia turun dari surga ke bumi, diutus oleh Allah Bapa. Jika Anda menceritakan ini, anda akan menjadi dalang sedjati. Karena Tuhan Allah menganggapnya perlu untuk mengutus Anak-Nya ke dunia, agar orang berdosa dapat bertobat dan diselamatkan.”
Sampai tiga malam Singatroenö tertahan di Sëkardangan. Melalui proses panjang mereka akhirnya mengaku percaya dan minta dibaptis. Baptisan ini justru membuat pergumulan baru orang Jawa ini. Karena Coolen menolaknya. Alasannya, takut orang Jawa kehilangan kejawaannya, seperti pengikut Emde. Mengetahui Singatroenö dibaptis di Surabaya, meledaklah luapan kemarahan Coolen. Singa-troenö melawan, keputusan baptisnya sudah mantap.
“Meskipun aku harus mati, jika saja jiwaku diselamatkan! Seandainya tuanku harus memenggal kepalaku, Pembaptisan dalam nama Tuhan Yesus membawa jiwaku diselamatkan. Aku tidak takut lagi!”
Akhirnya diusirlah Singatroenö dari Ngoro oleh Coolen. Pergi ke Surabaya, Emde yang pietisme itu mengajarkan orang Jawa Kristen baru itu aturan ketat. Bak 10 perintah, Emde membuat 10 larangan. Dilarang menonton wayang, bermain gamelan, memakai udheng, memotong rambut sampai sunat.
Akhirnya para mantan dalang itu mencari jalannya sendiri. Membuka hutan sendiri, membuat pemukiman baru sendiri. Membuat gereja dengan pemahamannya sendiri. Dan lihatlah sekarang desa-desa hasil pembukaan para dalang itu, semakin berkembang dan menyebar pesat di Jawa Timur.
0 Komentar