Pohon Cemara yang dipakai sebagai bahan penghias utama ruangan pada waktu Natal ditengarai sudah ada abad ke-16 di Jerman. Ia dipakai sebagai simbol evergreen, hidup yang kekal.
Bisa jadi di Eropa saat Natal bertepatan musim dingin. Salju menutupi semuanya. Hanya pohon cemara yang mampu bertahan. Mereka menghiasi pohon yang tumbuh di luar ruang itu.
Dalam perkembangan, pohon Cemara kecil berpindah ke dalam rumah. Menghiasi ruang tamu di saat Natal. Lilin-lilin yang menyala juga mulai terpasang sebagai teman karibnya.
Seperti nampak pada gambar tokoh reformasi, Martin Luther yang sedang merayakan Natal. Terlihat di sana ada lilin-lilin yang menyala di sela-sela pohon Cemara itu.
Lilin khusus Natal itu sudah marak dijual sekitar abad ke-18. Lalu selanjutnya sebuah palungan, tanda tempat Yesus lahir mulai ada juga replikanya sebagai pelengkap suasana Natal.. Umat Katolik Belanda awalnya yang menambahkan kreasi itu.
Terus Berkembang
Pohon Natal datang ke istana Perancis lewat seorang putri Jerman. Muncul di Tuileries pada malam tahun baru 1837, setelah pernikahan Duchess Helene of Orleans.
Tahun 1837, Duchess menulis surat ke tanah airnya. “Pada Malam Natal, Ratu yang baik memberi saya kegembiraan. Diam-diam mendekorasi pohon yang indah, ia menempatkan di ruang tamu putih saya. Untuk mengingatkan saya pada Jerman.”

Pohon Natal semakin populer ketika keluarga Kerajaan Inggris memasangnya. Pada Natal Tahun 1841, keluarga kerajaan Inggris mendekorasi ruangan dengan menambahkan pohon cemara.
Di Hindia-Belanda (Indonesia), pohon Cemara Natal disebut dengan “krestboom”, yang terambil dari bahasa Belanda. Lidah pribumi melafalkan dengan gampangnya, “krisbom”. Dari beberapa catatan zending yang diketemukan, ternyata pohon pisang juga pernah dipakai sebagai pohon Natal.
Sampai saat ini dan di sini, bukan pohon Cemara saja yang dipakai sebagai bahan pohon Natal. Kadang bahan dari kearifan lokal hingga sampai barang bekas bisa dibuat pohon Natal.
Pastinya, kesemuanya itu pasti punya makna filosofinya. Dan… tentunya makna terpenting dari peristiwa Natal itu sendiri yang tidak akan pernah berubah.
Seperti pohon Natal tahun ini yang ada di sekolah KB dan TK Pujiarjo, Malang Selatan. Ia terbuat dari bahan sabut kelapa.
*) Foto: pxhere.com
0 Komentar