Sekaran, Desa Sadar Kerukunan


Desa Sekaran
bukan desa tempat KKN seperti salah satu film trending topic saat ini. Desa ini berada di Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Data monografi kependudukan Desa seluas 90 hektar itu, ada empat agama yang memberikan gambaran pluralism agama di Desa Sekaran yaitu Islam, Katholik, Kristen dan Hindu.

Yang menarik dari Desa ini adalah, peran tokoh agama dalam menjaga kerukunan menjadi suatu kompleks pengharapan masyarakat desa dalam kehidupan sehari-harinya. Tak heran di tahun 2021 Desa Sekaran terpilih menjadi Desa Sadar Kerukunan.

Program Desa Sadar Kerukunan merupakan Program Kementerian Agama untuk seluruh Wilayah Indonesia. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Timur program Desa Sadar Kerukunan baru di mulai tahun 2017. Sejak tahun 2017 sampai tahun 2021, Kantor  Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur,  telah memilih 15 Desa di Jawa Timur sebagai Desa Sadar Kerukunan

Program Desa Sadar Kerukunan bertujuan memberikan penghargaan kepada Kepala Desa  yang  telah mempraktekkan kehidupan yang rukun dan harmoni di tengah-tengah perbedaan  agama di desanya. Harapannya praktek kerukunan beragama tersebut akan menjadi percontohan  bagi desa lainnya. Untuk ditetapkan sebagai Desa Sadar Kerukunan, para  kandidat harus mempunyai persyaratan tertentu. Antara lain : memiliki integritas keagamaan yang dibuktikan dengan KTP penduduk yang berbeda agama. Desa tersebut harus memiliki tempat ibadah yang berbeda agama minimal 3 rumah ibadah. Desa tersebut  terjadi hubungan antar agama yang baik yang dibuktikan dengan surat rekomendasi tertulis dari kepala Desa, camat dan ketua FKUB. Adapun proses pemilihan Desa Sadar Kerukunan dimulai dari seleksi Administrasi, visitasi dan pengamatan langsung, berdasarkan indikator yang telah dilakukan.

Komisi Antar Umat (KAUM) Greja Kriten Jawi Wetan (GKJW) menyambangi Desa Sekaran pada Hari Minggu lalu (22/5/2022) untuk melakukan kegiatan lintas iman. Di depan Gereja terdapat spanduk tertulis “Toleransi Memperkokoh Persekutuan Anak Bangsa”.

Sebelum memasuki gereja GKJW Sekaran, setiap peserta akan disuguhkan dengan pemandangan berupa monumen perdamaian. “Monumen ini ada sebagai pemenang dari desa perdamaian yang dilakukan oleh pemerintah” ungkap pendeta Arivia.

Kegiatan ini berlangsung dari berbagai agama di wilayah Kabupaten Kediri, Nganjuk dan Bojonegoro. Kebayang jauhnya perjalanan yang ditempuh, penuh perjuangan. Yang pastinya tanpa komitmen pastilah bisa jadi tidak mengikuti kegiatan tersebut.

“Ilmu tinemune saka laku itu salah satu ungkapan ,” papar DR. Taufik Al Amin sebagai Pembina Paguyuban Lintas Masyarakat Kediri. Agama tidak usah di klaim, tapi diyakini. Kalau klaim itu biasanya untuk maksud tertentu. Sekarang ini banyak orang dan cara bisa pintar,  tapi pintarlah dalam bersikap.

Salah satu cara yang diungkapkan melalui slide yang dipersiapkan adalah Gotong royong menjadi salah satu filter radikalisme. Agama bukan untuk pameran. Iman tidak bisa berbicara yang berbicara adalah manusianya. Bagaiamana iman itu ada bersama dengan manusianya.

Yang kedua adalah, kepedulian. Seringkali menjumpai hal yang tidak benar, tetapi kita diam saja. Apa yang terjadi, jika diam maka semakin sulit merawat keperbedaan.

Selama menuju makan siang, kegiatan di Desa Sekaran ini juga berlangsung dialog karya Donor Darah.

Sebagai penutup kegiatan ini, foto kebersamaan dalam keperbedaan ini penting. Kalaupun ada yang cemburu hayuk foto bareng dengan kami.

 

Bara Mega Rulianto

Kontributor Jombang

Posting Komentar

0 Komentar