Lawan Diskriminasi dengan Kasih

Image: Michael Ochs Archives


 

Hari ini 4 April 55 tahun yang lalu.

Di tahun 1968 Pendeta Martin Luther King Jr pergi ke Memphis, Tennessee untuk mendukung pemogokan para pekerja pengangkut sampah disana. Sekitar pukul empat sore tanggal 4 April 1968 ketika ia sedang berdiri di lorong lantai dua di motelnya di Mulberry Street. Bercakap-cakap dengan rekan-rekannya, ia ditembak seorang pendukung supremasi kulit putih, James Earl Ray. Dia segera dilarikan ke Rumah Sakit Santo Yoseph. Akhirnya pukul 7.05 malam, nyawa penerima Nobel perdamaian tahun 1964 ini tak tertolong. Martin Luther King Jr. (15 Januari 1929 – 4 April 1968) meninggal diusia 39 tahun.

Martin Luther King, Jr. lahir pada 15 Januari 1929 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, dalam keluarga pendeta Baptis. Keluarganya membesarkan King dengan konsep “memperlakukan semua orang dengan baik” dan menolak bentuk diskriminasi rasial. Georgia, tempat kelahiran King, merupakan negara bagian pendukung perbudakan pada era Perang Sipil. Martin King menjalani pendidikannya di  Morehouse College dan Crozer Theological Seminary. Dia meraih gelar Ph.D dari Boston University. Pada tahun 1954 ia menjadi pendeta Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama. 

Peluru itu telah merenggut nyawanya, tetapi tidak impian dan semangatnya. Kematiannya malahan semakin membakar semangat  di berbagai tempat untuk melawan ketidakadilan. Melawannya dengan Kasih.

“Ada sesuatu dalam Kasih yang dapat membangun dan sifatnya memperbaharui. Ada sesuatu dalam kebencian dan sifatnya menghancurkan”, ungkapnya suatu kali.

Seperti ketika pada 17 November1957 di Gereja Montgomery, Pendeta Martin Luther King berkotbah,

"Sekarang ada alasan terakhir mengapa Yesus mengatakan "Kasihilah musuh-musuhmu". Artinya: dalam Kasih ada kekuatan penebusan. Yaitu kekuatan yang sebenarnya dapat mengubah individu. Karena itu Yesus berkata, "Kasihilah musuh-musuhmu."

Karena jika kalian membenci musuh-musuhmu, kalian tidak punya cara untuk mengampuni dan mengubah musuh-musuhmu. Tetapi jika kalian mengasihi mereka, kalian akan menemukan bahwa di setiap akar kasih  ada kekuatan penebusan. Kalian hanya harus mengasihi sesama dan tetap mengasihinya walaupun kalian diperlakukan tidak baik. Jika ada teman dan dia melakukan sesuatu yang mengganggu kamu, teruslah menganggap dia sebagai teman yang baik.

Teruslah mengasihinya. Jangan lakukan apa untuk mempermalukannya. Teruslah menyayangi dia dan dia akan berhenti berbuat salah. Ya, mungkin dia akan melakukan reaksi yang berlebihan di awal-awal. Mereka akan bereaksi dengan rasa kesal karena mereka menjadi gila karena kasihmu kepadanya.

Mereka akan bereaksi dengan rasa bersalah dan kadang-kadang kalian akan lebih dibenci di saat-saat perubahan, tetapi kalian teruslah mengasihinya. Dan dengan kekuatan kasih kalian, mereka akan berubah. Ini adalah kasih, lihatlah. Kasih yang menebus dan karena itu Yesus berkata: Kasihilah. Ada sesuatu dalam Kasih yang membangun dan dan sifatnya memperbaharui. Ada sesuatu dalam kebencian dan sifatnya menghancurkan. Karena itu Kasihilah musuh-musuhmu."

Martin Luther King, Jr bukan saja menentang diskriminasi, rasial dan ketidakadilan saja, ia juga menentang perang. Kebijaksanaan negaranya tentang perang Vietnam adalah salah satunya. Ia bertanya kepada bangsanya sendiri lewat sebuah surat,

 


Surat kepada orang Amerika

“Orang Amerika, saya bertanya-tanya apakah kemajuan spiritual dan moral anda sejalan dengan kemajuan ilmiah anda. Tampak bagi saya bahwa moral anda berada di belakang alasan anda. Dengan kejeniusan ilmiah Anda, anda telah membuat dunia menjadi bagian kota, tetapi anda tidak menggunakan kejeniusan moral Anda untuk menjadikannya sebuah komunitas cinta. Bom Atom, Amerika, yang harus anda takuti bukanlah sampah pembunuh yang bisa dijatuhkan dari pesawat ke kepala jutaan orang, tetapi bom atom yang harus anda takuti adalah apa yang tersembunyi di hati manusia: kebencian yang luar biasa dan keegoisan yang merusak. Yang sangat mengganggu saya adalah: anda memiliki gereja kulit hitam dan gereja kulit putih. Bagaimana bisa ada perpecahan dalam tubuh Kristus? Saya telah diberitahu bahwa ada integrasi yang lebih besar di dunia  dan organisasi sekuler lainnya daripada di gereja-gereja Kristen. Bahkan ada orang Kristen di antara kamu yang ingin menemukan di dalam Alkitab landasan untuk membela pemisahan hitam dan putih dan yang mengklaim bahwa hitam lebih rendah dari sifatnya. Teman-teman, ini adalah penistaan ​​​​terhadap esensi agama Kristen. Di dalam Kristus Yesus, tidak ada orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus.

Orang Amerika, mereka yang mencintai telah menemukan jalan menuju realitas terdalam. Tapi dia yang membenci adalah kandidat untuk apa-apa. Meskipun Anda memberikan barang-barang anda kepada orang miskin untuk memberi makan mereka dan membelanjakan hadiah yang kaya untuk amal, jika anda tidak melakukannya karena cinta kasih, itu tidak ada gunanya. Meskipun anda menumpahkan darah anda untuk generasi yang akan datang, meskipun anda adalah simbol dan pahlawan besar dalam sejarah, jika anda tidak memiliki cinta, darah Anda akan tertumpah dengan sia-sia.'

Dr. Martin Luther King

 

Pada Kongres Gereja Baptis di Amsterdam pada 16 Agustus 1964, ia mengulangi seruannya,

“Saat ini tengah malam di dunia saat ini, dan kegelapan begitu tebal sehingga sulit menemukan jalan. Tengah malam dalam istilah sosial: semua negara bagian terlibat dalam perlombaan mematikan untuk mendapatkan kekuasaan, dua perang dunia telah menghancurkan umat manusia, namun yang ketiga tampaknya mungkin terjadi, senjata atom mengancam umat manusia dengan kehancuran total. Manusia telah belajar hidup di air seperti ikan, terbang di udara seperti burung, tetapi mereka tidak belajar di bumi ini seperti saudara-saudara-untuk pergi bersama.”

Cinta Kasih adalah salah satu bagian puncak dari iman Kristen. Ada sisi lain yang disebut keadilan, dan keadilan benar-benar cinta dalam perhitungan."

Kala itu dimulailah peran publiknya dalam gerakan hak-hak sipil tahun 1950-an dan 1960-an. Gerakan tersebut menghasilkan banyak pria dan wanita yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyuarakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif, tetapi nama Martin Luther King, Jr adalah paling menonjol di antara mereka semua. Seperti yang dikatakan oleh sejarawan Mark Noll, "Dia tidak diragukan lagi adalah suara Kristen terpenting dalam gerakan protes sosial terpenting setelah Perang Dunia II."

Posting Komentar

0 Komentar